Free Download Film Rush Hour 3 Subtitle Indonesia
Sep 23, 2017 Nonton Film Rush Hour 3 Sub Indo Streaming dan Download Gratis Movie HardSub Bahasa Indonesia terbaru dan terlengkap dari HP dan PC Online hanya di nontonplus.com. Datang dan nikmati film anda secara online. Anda juga bisa mendownload film & subtitle ke komputer Anda untuk menonton film secara offline. Watch HD Movies Online For Free.
Mengangkat tema Triad internasional, film yang tersendat pemutarannya di Cina ini dimulai dengan adegan yang paling menggambarkan judulnya. Farzand tugilgan kun bilan tabriklash. Ya, kemacetan tengah kota yang berusaha ditangani oleh polisi yang baru turun jabatan, James Carter (Chris Tucker).
Di hari atau lebih tepatnya di jam yang sama, Kepala Inspektur Lee (Jackie Chan) tengah mendampingi duta besar Han menghadiri World Criminal Court Summit di Los Angeles. Tema pembasmian organisasi Triad Internasional di pertemuan tersebut membawa bencana. Duta besar Han terluka.
Nasib pun membawa Lee bertemu kembali dengan Carter. Menyadari betapa bahayanya kasus kali ini plus sikap ceroboh Carter yang sudah dialami Lee selama dua film sebelumnya, Lee menganjurkan Carter untuk tidak ikut campur. Tapi Carter “tetap berdiri di samping Lee”, meski kadang-kadang mundur sedikit saat bahaya sudah di depan mata. Kesulitan lain yang harus dihadapi Lee adalah kenyataan bahwa salah satu tokoh yang bertanggung jawab atas insiden di LA tersebut adalah orang yang ia kenal. Nasib yang tak pasti serta kenyataan pahit merajut hubungan yang rumit antara Lee dengan penjahat itu.
Hingga pada satu titik, si penjahat merasa yakin bahwa Lee tak akan pernah tega membunuhnya. Bahkan saat si penjahat tak juga menunjukkan bahwa ia terharu akan kebaikan Lee, Kepala Inspektur itu tetap memegang teguh prinsipnya. Pertanyaan kedua yang muncul adalah, apakah mungkin manusia memiliki kebaikan hati tanpa pamrih? Tentu saja konflik batin semacam itu tak terbaca oleh Carter.
Saat kasus membawa mereka terbang ke Perancis, Carter malah sibuk meyakinkan George (Yvan Attal) sopir taksi yang anti Amerika untuk memikirkan ulang sikapnya. Dalam beberapa kelumit adegan tersebut, penonton seperti dibawa untuk melihat tiga nation yang sedang unjuk karakter. Perancis yang melankolik, Amerika yang percaya diri, dan Cina (atau timur) yang tenang.
Detil dialognya juga membuat penonton tersenyum geli campur getir menyadari memang seperti itulah keadaan dunia saat ini. Semua orang, semua negara merasa di saat bersamaan terjebak pada “jam sibuk” sehingga mereka harus menyampaikan ide mereka selantang dan secepat mungkin jika tak ingin tersalip oleh yang lain. Hingga pada suatu malam di puncak menara Eiffel, sebuah adegan pertaruhan nyawa antara Lee dan Kenji (Hiroyuki Sanada) membeberkan jawaban lugas dua pertanyaan di atas. Bahwa hidup bukanlah hitam putih yang perlu dipertentangkan dalam sebuah dialog diskursif.
Hidup adalah kumpulan paradoks yang perlu dimaknai dengan sikap dewasa. Dan untuk beberapa menit, adegan klimaks tersebut membuat beberapa penonton menitikkan airmata. Tapi karena ini Rush Hour, maka Brett Ratner (sutradara) tak membiarkan penonton terlena oleh drama. Hanya dalam hitungan detik, Lee dan Carter harus kembali berkutat dengan ketegangan yang tambah menjadi. Dan betapapun mereka telah begitu kompak, ada kekuatan lebih besar yang diam-diam mengamati dan menanti saat yang tepat untuk menghabisi mereka berdua.